JIC – Setelah bertemu dengan rasul-rasul yang mulia, Rasulullah Muhammad shallallahu alaihi wa sallam melanjutkan perjalanan agungnya menuju perjumpaan dengan penguasa alam semesta, Allah Subhanahu wa Ta’ala. Tentu kondisi perjalanan ini tak terbayang di akal manusia. Bayangkan! Bagaimana degup jantung seseorang kala hendak berjumpa kepala negara atau seorang raja? Apalagi berjumpa dengan raja diraja, penguasa alam semesta, Allah Subhanahu wa Ta’ala. Renungkan sejenak, bagaimana kiranya keadaan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam tatkala Jibril mengabarkan tiba saatnya menghadap Rabbul Izzati wal Jalal? Lalu dalam pertemuan ini, apakah Rasulullah melihat Allah Ta’ala? Mari kita baca cuplikan kisahnya berikut ini. PERTEMUAN DENGAN ALLAH AZZA WA JALLA Setelah menyebutkan tentang Sidratul Muntaha, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam membacakan ayat, فَأَوْحَى اللهُ إِلَيَّ مَا أَوْحَى “Lalu dia menyampaikan kepada hamba-Nya Muhammad apa yang telah Allah wahyukan.” [Quran An-Najm 10] Kemudian disebutkan tentang kisah diwajibkan shalat. Imam al-Bukhari mengatakan, وقال البخاري حدثنا عبد العزيز بن عبد الله، حدثني سليمان، عن شريك بن عبد الله أنه قال سمعت أنس بن مالك رضي الله عنه يقول “حَتَّى جَاءَ بِهِ سِدْرَةَ الْمُنْتَهَى، وَدَنَا الْجَبَّارُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى فَتَدَلَّى، حَتَّى كَانَ مِنْهُ قَابَ قَوْسَيْنِ أَوْ أَدْنَى، فَأَوْحَى إِلَيْهِ مَا شَاءَ فِيمَا أَوْحَى خَمْسِينَ صَلاَةً عَلَى أُمَّتِهِ كُلَّ يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ ..” . “Abdul Aziz bin Abdullah menuturkan kepadaku dari Sulaiman dari Syarik bin Abdullah bahwa ia berkata, Aku mendengar Anas bin Malik radhiallahu anhu berkata, Saat Nabi dihantarkan ke Sidratul Muntaha, Allah Yang Maha Perkasa Tabaraka wa Ta’ala mendekat. Sehingga Dia menjadi dekat dengannya. Sampai-sampai jarak Nabi dengan-Nya sejarak dua ujung busur panah bahkan lebih dekat lagi. Allah memberikan wahyu yang dikehendaki-Nya. Antara lain ialah, Dia wajibkan lima puluh kali shalat setiap siang dan malam hari atas umatnya’.” HR. al-Bukhari dalam Kitab at-Tauhid, 7079. Dalam Fathul Bari, Ibnu Hajar rahimahullah mengatakan, وَقَدْ أَخْرَجَ الأُمَوِيُّ فِي مَغَازِيهِ، وَمِنْ طَرِيقِهِ الْبَيْهَقِيُّ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ عَمْرٍو، عَنْ أَبِي سَلَمَةَ، عَنِ ابن عباس فِي قَوْلِهِ تَعَالَى {وَلَقَدْ رَآهُ نَزْلَةً أُخْرَى} [النجم 13]، قَالَ “دَنَا مِنْهُ رَبُّهُ”. وَهَذَا سَنَدٌ حَسَنٌ، وَهُوَ شَاهِدٌ قَوِيٌّ لِرِوَايَةِ شَرِيكٍ “Dikeluarkan oleh al-Umawi dalam Maghazinya dari jalan al-Baihaqi. Dari Muhammad bin Amr, dari Abi Salamah, dari Ibnu Abbas ketika menafsirkan firman Allah Dan sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu dalam rupanya yang asli pada waktu yang lain’. [Quran An-Najm 13]. Ibnu Abbas berkata, Rabbnya mendekat kepadanya’. Sanad ini hasan. Dan ia menjadi poin penguat dari riwayat Syarik. Ibnu Hajar dalam Fathul Bari, 13/484. Sebagian ulama tidak sependapat dengan riwayat وَدَنَا الْجَبَّارُ “Allah al-Jabbar mendekat.” Mereka yang tidak sepakat di antaranya Abu Sulaiman al-Khattabi dan Ibnu Hazm. Mereka menuduh Syarik bin Abdullah keliru dalam haditsnya. Padahal Syarik adalah perawi yang terpercaya. Bahkan mereka lebih jauh lagi, mereka kritik Anas bin Malik, al-Bukhari, dikarenakan mereka ingin mensucikan Allah dari sifat mendekat, sampai kedekatan tersebut seperti dua ujung busur. Tentu kita katakan, Allah Ta’ala melakukan apa yang Dia kehendaki. Akal kita yang terbatas tidak mampu menalarnya. Pemahaman kita yang lemah tidak mampu membayangkannya. Tidak mungkin kita bisa memahami yang terjadi itu seperti apa. Allah Ta’ala mengabarkan apa yang Dia lakukan lewat kitab-Nya dan penjelasan Rasul-Nya shallallahu alaihi wa sallam. Kewajiban kita adalah menerimanya. Bukan menanyakan bagaimananya. Atau memisalkannya. Dan kita tidak boleh menolak kabar tersebut. Tentang Allah mendekat yang disebutkan dalam hadits, sebenarnya masalah ini bukan sesuatu yang aneh dan asing. Karena banyak hadits-hadits lain yang menceritakan tentang keadaan yang mirip. Seperti sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الآخِرُ.. “Rabb kita Tabaraka wa Ta’ala turun ke langit dunia setiap malam. Di waktu tersisa sepertiga malam akhir…” HR. al-Bukhari 1094. Juga dalam riwayat al-Bukhari, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menjelaskan tentang keadaan orang-orang beriman pada hari kiamat. فَيَأْتِيهِمُ اللهُ فِي الصُّورَةِ الَّتِي يَعْرِفُونَ، فَيَقُولُ أَنَا رَبُّكُمْ. فَيَقُولُونَ أَنْتَ رَبُّنَا. فَيَتْبَعُونَهُ.. “Allah kelak akan mendatangi orang-orang beriman dalam wajah yang mereka kenali. Allah berfirman, Aku adalah Rabb kalian’. Mereka menjawab, Engkau Rabb kami’. Kemudian mereka mengikuti-Nya.” Sikap kita terhadap hadits “Allah mendekat…” sama seperti menyikapi hadits-hadits ini. Menerimanya tanpa menolak. Tidak membagaimanakannya. Dan tidak memisalkannya. Tidak bertanya, Bagaimana Allah turun ke langit dunia? Bagaimana Dia datang? Bagaimana orang-orang beriman mengikutinya? Karena akal kita tidak akan mampu menjangkaunya. PERJALANAN LUAR BIASA Perjalanan yang dialami Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam ini adalah kesempatan satu-satunya yang terjadi pada hidup beliau. Perjalanan tanpa didampingi Malaikat Jibril alaihissalam. Jarak dan tingkatan yang beliau capai, tak pernah dicapai oleh satu makhluk pun. Baik dari kalangan malaikat maupun manusia. Dimana pertemuan ini terjadi? Allahu a’lam. Apakah di langit ketujuh? Allahu a’lam. Tidak ada dalil yang menjelaskan hal tersebut. Sehingga kewajiban kita hanyalah menerima. Tidak menerka-nerka. Membayangkan firman Allah ini saja kita tak sanggup وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضَ “Kursi Allah meliputi langit dan bumi.” [Quran Al-Baqarah 255] Diriwayatkan dari Abu Dzar, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, مَا السَّمَاوَاتُ السَّبْعُ فِي الْكُرْسِيِّ إِلاَّ كَحَلْقَةٍ فِي أَرْضٍ فَلاَةٍ، وَفَضْلُ الْعَرْشِ عَلَى الْكُرْسِيِّ كَفَضْلِ تِلْكَ الْفَلاَةِ عَلَى تِلْكَ الْحَلْقَةِ “Tidaklah tujuh langit dibandingkan kursi Allah kecuali seperti cincin yang dilemparkan di tanah lapang, dan besarnya Arasy dibandingkan kursi adalah seperti tanah lapang dibandingkan dengan cincin.” HR. Ibnu Hibban 361, al-Baihaqi Bab al-Asma wa ash-Shifat 2/300, Jami’ al-Bayan 5/399, dan dishahihkan oleh al-Albani dalam as-Silsilah ash-Shahihah, 109. APAKAH NABI MUHAMMAD MELIHAT ALLAH? Ada perbedaan pandangan ulama dalam permasalahan ini. Namun pendapat yang benar adalah, Nabi shallallahu alaihi wa sallam tidak melihat Allah. Pendapat ini berdasarkan hadits riwayat al-Bukhari dari Masruq. Masruq bertanya kepada Ummul Mukminin Aisyah radhiallahu anhu. يَا أُمَّتَاهْ؛ هَلْ رَأَى مُحَمَّدٌ صلى الله عليه وسلم رَبَّهُ؟ فَقَالَتْ لَقَدْ قَفَّ شَعَرِي مِمَّا قُلْتَ، أَيْنَ أَنْتَ مِنْ ثَلاَثٍ؛ مَنْ حَدَّثَكَهُنَّ فَقَدْ كَذَبَ مَنْ حَدَّثَكَ أَنَّ مُحَمَّدًا صلى الله عليه وسلم رَأَى رَبَّهُ فَقَدْ كَذَبَ. ثُمَّ قَرَأَتْ {لاَ تُدْرِكُهُ الأَبْصَارُ وَهُوَ يُدْرِكُ الأَبْصَارَ وَهُوَ اللَّطِيفُ الخَبِيرُ} [الأنعام 103]، {وَمَا كَانَ لِبَشَرٍ أَنْ يُكَلِّمَهُ اللهُ إِلاَّ وَحْيًا أَوْ مِنْ وَرَاءِ حِجَابٍ} [الشورى 51]. وَمَنْ حَدَّثَكَ أَنَّهُ يَعْلَمُ مَا فِي غَدٍ فَقَدْ كَذَبَ. ثُمَّ قَرَأَتْ {وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ مَاذَا تَكْسِبُ غَدًا} [لقمان 34]. وَمَنْ حَدَّثَكَ أَنَّهُ كَتَمَ فَقَدْ كَذَبَ. ثُمَّ قَرَأَتْ {يَا أَيُّهَا الرَّسُولُ بَلِّغْ مَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ مِنْ رَبِّكَ} [المائدة 67] الآيَةَ؛ وَلَكِنَّهُ “رَأَى جِبْرِيلَ عَلَيْهِ السَّلاَمُ فِي صُورَتِهِ مَرَّتَيْنِ “Wahai Ibu, apakah benar Nabi shallallahu alaihi wa sallam pernah melihat Rabbnya?” Aisyah menjawab, “Sungguh buluku berdiri merinding dengan apa yang kau tanyakan. Tiga perkara, yang barang siapa mengatakannya kepadamu, maka sungguh ia telah berdusta. 1 Siapa mengatakan padamu bahwa Muhammad shallallahu alaihi wa sallam pernah melihat Rabbnya, ia telah berdusta. Lalu Aisyah membaca ayat; Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedang Dia dapat melihat segala yang kelihatan; dan Dialah Yang Maha Halus lagi Maha Mengetahui. Al An’am 103. Dan tidak mungkin bagi seorang manusia pun bahwa Allah berkata-kata dengan dia kecuali dengan perantaraan wahyu atau di belakang tabir. As Syura 51. 2 Siapa yang mengatakan padamu bahwa beliau mengetahui apa yang akan terjadi pada hari esok, ia telah berdusta. Lalu Aisyah membaca ayat; Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui dengan pasti apa yang akan diusahakannya besok. Luqman 34. Siapa yang mengatakan kepadamu bahwa beliau menyembunyikan sesuatu, ia telah berdusta. Lalu Aisyah membaca ayat; Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. Al Maidah; 67. Hanya saja beliau pernah melihat wujud asli Jibril dua kali.” HR. al-Bukhari dalam Kitab at-Tafsir, 4574. Dalam riwayat Muslim وعند مسلم عَنْ مَسْرُوقٍ، قَالَ كُنْتُ مُتَّكِئًا عِنْدَ عَائِشَةَ، فَقَالَتْ يَا أَبَا عَائِشَةَ، ثَلاَثٌ مَنْ تَكَلَّمَ بِوَاحِدَةٍ مِنْهُنَّ فَقَدْ أَعْظَمَ عَلَى اللهِ الْفِرْيَةَ. قُلْتُ مَا هُنَّ؟ قَالَتْ مَنْ زَعَمَ أَنَّ مُحَمَّدًا صلى الله عليه وسلم رَأَى رَبَّهُ فَقَدْ أَعْظَمَ عَلَى اللهِ الْفِرْيَةَ. قَالَ وَكُنْتُ مُتَّكِئًا فَجَلَسْتُ، فَقُلْتُ يَا أُمَّ المُؤْمِنِينَ، أَنْظِرِينِي، وَلاَ تُعْجِلِينِي؛ أَلَمْ يَقُلِ اللهُ عز وجل {وَلَقَدْ رَآهُ بِالأُفُقِ الْمُبِينِ} [التكوير 23]، {وَلَقَدْ رَآهُ نَزْلَةً أُخْرَى} [النجم 13]؟ فَقَالَتْ أَنَا أَوَّلُ هَذِهِ الأُمَّةِ سَأَلَ عَنْ ذَلِكَ رَسُولَ اللهِ صلى الله عليه وسلم، فَقَالَ “إِنَّمَا هُوَ جِبْرِيلُ، لَمْ أَرَهُ عَلَى صُورَتِهِ الَّتِي خُلِقَ عَلَيْهَا غَيْرَ هَاتَيْنِ الْمَرَّتَيْنِ، رَأَيْتُهُ مُنْهَبِطًا مِنَ السَّمَاءِ سَادًّا عِظَمُ خَلْقِهِ مَا بَيْنَ السَّمَاءِ إِلَى الأَرْضِ”. فَقَالَتْ أَوَ لَمْ تَسْمَعْ أَنَّ اللهَ يَقُولُ {لاَ تُدْرِكُهُ الأَبْصَارُ وَهُوَ يُدْرِكُ الأَبْصَارَ وَهُوَ اللَّطِيفُ الْخَبِيرُ} [الأنعام 103]؟! أَوَ لَمْ تَسْمَعْ أَنَّ اللهَ يَقُولُ {وَمَا كَانَ لِبَشَرٍ أَنْ يُكَلِّمَهُ اللهُ إِلاَّ وَحْيًا أَوْ مِنْ وَرَاءِ حِجَابٍ أَوْ يُرْسِلَ رَسُولاً فَيُوحِيَ بِإِذْنِهِ مَا يَشَاءُ إِنَّهُ عَلِيٌّ حَكِيمٌ} [الشورى 51]؟، قَالَتْ وَمَنْ زَعَمَ أَنَّ رَسُولَ اللهِ صلى الله عليه وسلم كَتَمَ شَيْئًا مِنْ كِتَابِ اللهِ، فَقَدْ أَعْظَمَ عَلَى اللهِ الْفِرْيَةَ، وَاللهُ يَقُولُ {يَا أَيُّهَا الرَّسُولُ بَلِّغْ مَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ مِنْ رَبِّكَ وَإِنْ لَمْ تَفْعَلْ فَمَا بَلَّغْتَ رِسَالَتَهُ} [المائدة 67]، قَالَتْ وَمَنْ زَعَمَ أَنَّهُ يُخْبِرُ بِمَا يَكُونُ فِي غَدٍ، فَقَدْ أَعْظَمَ عَلَى اللهِ الْفِرْيَةَ، وَاللهُ يَقُولُ {قُلْ لاَ يَعْلَمُ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ الْغَيْبَ إِلاَّ اللهُ} [النمل 65] [12]. وأوضح من ذلك ما رواه مسلم عَنْ أَبِي ذَرٍّ، قَالَ سَأَلْتُ رَسُولَ اللهِ صلى الله عليه وسلم هَلْ رَأَيْتَ رَبَّكَ؟ قَالَ “نُورٌ أَنَّى أَرَاهُ” [13]. Dari Masruq rahimahullah, ia berkata, “Dulu aku berada di sisi Aisyah.” Aisyah mengatakan, “Hai Abu Aisyah, ada tiga hal yang kalau salah seorang dari mereka menbicarakan salah satunya saja dari yang tiga itu, maka sesungguhnya ia telah mengadakan dusta yang paling besat terhadap Allah.” Aku Masruq mengatakan, Apa itu? Kata Aisyah, “Barangsiapa yang mengira bahwa Muhammad shallallahu alaihi wa sallam pernah melihat Tuhannya, maka sesungguhnya ia telah mengadakan dusta yang paling besar terhadap Allah.” Masruq berkata, “Tadinya aku bersandar, lalu aku duduk dan mengatakan, “Wahai Ummul Mukminin, sebentar, jangan terburu-buru. Bukankah dengan firman Allah Azza wa Jalla “Dan sesungguhnya Muhammad itu melihat Jibril di ufuk yang terang.” Qs. At Takwir 8123 “Dan sesungguhnya Muhammad telah melihatnya Jibril itu dalam rupanya yang asli pada waktu yang lain”. Qs. An Najm 5313. Lalu Aisyah mengatakan, “Aku adalah yang pertama kali dari umat ini bertanya tentang ayat itu kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, lalu beliau bersabda Sesungguhnya ia adalah Jibril, yang belum pernah aku melihatnya dengan wujud aslinya sebagaimana ia diciptakan kecuali hanya dua kali itu saja. Aku melihatnya turun dari langit, keagungan penciptaannya meliputi antara langit dan bumi sangat indah sekali.” Aisyah berkata, “Apakah belum engkau dengar bahwa Allah berfirman, “Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedang Dia dapat melihat segala penglihatan itu dan Dialah Yang Maha Halus lagi Maha Mengetahui”. Qs. Al An’aam 6103, Apakah belum juga engkau dengar bahwa Allah berfirman, “Dan tidak ada bagi seorang manusia pun bahwa Allah berkata-kata dengan dia kecuali dengan perantaraan wahyu atau di belakang tabir atau dengan mengutus seorang utusan malaikat lalu diwahyukan kepadanya dengan seizin-Nya apa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Tinggi lagi Maha Bijaksana” Qs. Asy Syuuraa 4251. Kata Aisyah, Barangsiapa mengira bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menyembunyikan sesuatu dari Kitab Allah Alquran, maka sesungguhnya ia telah mengadakan dusta yang paling besar terhadap Allah, Allah berfirman, “Hai Rasul, sampaikanlah apa yang di turunkan kepadamu dari Tuhanmu. Dan jika tidak kamu kerjakan apa yang diperintahkan itu, berarti kamu tidak menyampaikan amanah-Nya”. Qs. Al Maa-idah 567.” Ia berkata lagi, “Dan barangsiapa yang mengira bahwa Muhammad dapat memberitahukan tentang apa yang terjadi besok, maka sesungguhnya ia telah mengadakan dusta yang paling besar terhadap Allah, dan Allah berfirman, “Katakanlah “Tidak ada seorang pun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang gaib, kecuali Allah”, Qs. An Naml 2765.” HR. Muslim no. 259. Dalam riwayat Muslim dari Abdullah bin Syaqiq, aku bertanya kepada Abu Dzar لَوْ رَأَيْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَسَأَلْتُهُ. فَقَالَ عَنْ أَيِّ شَيْءٍ كُنْتَ تَسْأَلُهُ؟ قَالَ كُنْتُ أَسْأَلُهُ هَلْ رَأَيْتَ رَبُّكَ؟ قَالَ أَبُوْ ذَرٍّ قَدْ سَأَلْتُ فَقَالَ رَأَيْتُ نُوْرًا. رواه مسلم “Kalau aku sempat bertemu Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam sungguh aku akan bertanya. Abu Dzar balik bertanya, “Apa yang akan kau tanyakan?” Aku akan bertanya, “Apakah beliau melihat Rabbnya?” Abu Dzar pun berkata, “Sungguh aku telah bertanya kepada beliau shallallahu alaihi wa sallam. Beliau menjawab, Aku melihat cahaya’.” HR. Muslim dalam Kitab al-Iman, 178. Dengan demikian Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam melihat cahaya. Cahaya itu menghalangi pandangan beliau dari Allah Azza wa Jalla. Tapi, beliau mendengar firman Allah Subhanahu wa Ta’ala. Apa yang Allah bicarakan kepada beliau? Allah memberi beliau wahyu tentang kewajiban shalat. Sumber
Untukitu, yuk ketahui relasi kita dengan orang lain dalam Alquran. Berikut ini Popbela sudah merangkum beberapa ayat-ayat Alquran tentang hubungan sesama manusia yang bisa kita renungkan bersama. 1. Al-Isra ayat 7. إِنْ أَحْسَنْتُمْ أَحْسَنْتُمْ لِأَنْفُسِكُمْ ۖ وَ إِنْ أَسَأْتُمْ وَإِذَا لَقُوا۟ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ قَالُوٓا۟ ءَامَنَّا وَإِذَا خَلَوْا۟ إِلَىٰ شَيَٰطِينِهِمْ قَالُوٓا۟ إِنَّا مَعَكُمْ إِنَّمَا نَحْنُ مُسْتَهْزِءُونَ Arab-Latin Wa iżā laqullażīna āmanụ qālū āmannā, wa iżā khalau ilā syayāṭīnihim qālū innā ma'akum innamā naḥnu mustahzi`ụnArtinya Dan bila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka mengatakan "Kami telah beriman". Dan bila mereka kembali kepada syaitan-syaitan mereka, mereka mengatakan "Sesungguhnya kami sependirian dengan kamu, kami hanyalah berolok-olok". Al-Baqarah 13 ✵ Al-Baqarah 15 »Mau dapat pahala jariyah dan rezeki berlimpah? Klik di sini sekarangPelajaran Menarik Terkait Surat Al-Baqarah Ayat 14 Paragraf di atas merupakan Surat Al-Baqarah Ayat 14 dengan text arab, latin dan terjemah artinya. Ada sekumpulan pelajaran menarik dari ayat ini. Didapati sekumpulan penjabaran dari para ulama terhadap makna surat Al-Baqarah ayat 14, sebagiannya seperti termaktub📚 Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi ArabiaOrang-orang munafik tersebut apabila bertemu dengan kaum Mukminin mereka berkata “kami membenarkan agama Islam seperti kalian”. akan tetapi jika mereka berpaling dan Pergi mendatangi para pemuka mereka yang kafir lagi membangkang terhadap Allah, mereka menegaskan di hadapan para tokoh itu bahwa mereka Tetaplah di atas kekafiran yang dulu dan tidak meninggalkannya, sesungguhnya mereka sekedar mengolok-olok kaum mukminin dan mengejek mereka.📚 Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid Imam Masjidil Haram14. Apabila mereka berjumpa dengan orang-orang mukmin, mereka berkata, “Kami percaya dengan apa yang kalian imani.” Mereka mengatakan hal itu karena takut kepada orang-orang mukmin. Dan apabila mereka berpisah dengan orang-orang mukmin dan berjumpa dengan para pemimpin mereka secara tertutup, mereka menegaskan akan tetap patuh kepada mereka para pemimpin kafir. Mereka mengatakan, “Sesungguhnya kami tetap bersama kalian dan sejalan dengan kalian, tetapi kami sengaja menunjukkan sikap setuju dengan orang-orang yang mukmin semata-mata untuk mengejek dan mengolok-olok mereka.”📚 Tafsir Al-Madinah Al-Munawwarah / Markaz Ta'dzhim al-Qur'an di bawah pengawasan Syaikh Prof. Dr. Imad Zuhair Hafidz, professor fakultas al-Qur'an Universitas Islam Madinah14. Setelah Allah menjelaskan dalam ayat-ayat ini kemunafikan mereka dan sebabnya, serta keadaan mereka saat diseru kepada kebenaran, kemudian Allah menjelaskan ciri-ciri mereka dari sisi perkataan mereka yang menipu dengan berfirman وإذا لقوا Yakni orang-orang munafik jika berkumpul dengan orang-orang beriman maka mereka akan menampakkan keimanan; namun jika mereka berkumpul dengan para pemimpin kafir maka mereka menyatakan kekafiran, dan apa yang mereka katakan kepada orang-orang beriman hanyalah olok-olok semata. Adapun perkataan mereka إنا معكم dengan kalimat penegasan adalah karena kemahiran mereka dalam berbuat nifak saat bertemu kaum muslimin yang menimbulkan keraguan dan sangkaan para pemimpin orang-orang kafir akan keteguhan kaum munafik itu dalam kekafiran. Oleh sebab itu mereka butuh penegasan bahwa mereka tetap teguh dalam kekafiran. Demikian pula penegasan yang ada dalam kalimat إنما نحن مستهزؤون.Mau dapat pahala jariyah dan rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang📚 Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir / Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar, mudarris tafsir Universitas Islam Madinah14. وَاِذَا خَلَوْا اِلٰى شَيٰطِيْنِهِمْ Tetapi apabila mereka kembali kepada setan-setan para pemimpin mereka Yakni pemimpin-pemimpin mereka dalam kekufuran yang senantiasa merencanakan keburukan. قَالُوْٓا اِنَّا مَعَكُمْ ۙ mereka berkata, Sesungguhnya kami bersama kamu Yakni senantiasa dalam kekufuran. اِنَّمَا نَحْنُ مُسْتَهْزِءُوْنَ kami hanya berolok-olok Yakni kepada orang-orang mukmin dengan mengaku sehati dengan mereka, padahal hati kami sama sekali tidak condong kepada mereka.📚 Li Yaddabbaru Ayatih / Markaz Tadabbur di bawah pengawasan Syaikh Prof. Dr. Umar bin Abdullah al-Muqbil, professor fakultas syari'ah Universitas Qashim - Saudi ArabiaPerhatikanlah bagaimana mereka mengatakan { اِنَّا مَعَكُمْ } "sesungguhnya kami bersama kalian wahai orang beriman" , padahal kenyataannya adalah menyalahi hal itu, karena orang-orang beriman meragukan keimanan dalam diri para munafiqin, sedangkan kaum mereka tidak meragukan dan tidak mempermasalahkan tetapnya mereka diatas agama; karena tatkala kemunafikan mereka muncul ketika bertemu dengan para mukminin yang akhirnya menjadi sebab keraguan para pembesar-pembesar agama mereka tentang tetapnya para munafik ini diatas kekafiran, mereka butuh kepada sesuatu yang meyakinkan bahwa para munafik itu sebenarnya tetap diatas agama mereka.📚 Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri SuriahKetika mereka bertemu orang-orang mukmin, mereka menampakkan keimanan mereka, dan ketika kembali kepada pemimpin-pemimpin kafir mereka, mereka berkata kami adalah orang-orang yang tetap ingkar dan memperolok orang-orang muslim dengan berpura-pura sepakat dengan merekaMau dapat pahala jariyah dan rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang📚 Tafsir Ash-Shaghir / Fayiz bin Sayyaf As-Sariih, dimuraja’ah oleh Syaikh Prof. Dr. Abdullah bin Abdul Aziz al-Awaji, professor tafsir Univ Islam MadinahApabila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka berkata, “Kami telah beriman.” Akan tetapi apabila mereka berlalu} mereka berbalik {kepada setan-setan mereka} para pemimpin mereka {mereka berkata, “Sesungguhnya kami bersama kalian, kami hanyalah orang yang suka mengolok-olok”📚 Tafsir as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, pakar tafsir abad 14 H14. Inilah yang biasa keluar dari lisan-lisan mereka yang bukan dari hati mereka, yaitu bahwasanya mereka ini bila berkumpul dengan kaum Mukminin, maka mereka menampakkan bahwa mereka dalam satu manhaj dengan kaum Mukminin dan bahwa mereka sama dengan kaum Mukminin, namun bila mereka kembali kepada setan-setan mereka –yaitu pemimpin-pemimpin dan ketua-ketua kejahatan mereka-, maka mereka berkata, “sesungguhnya pada hakikatnya kami ini bersama kalian, kami hanya mengolok-olok kaum Mukminin dengan menampakkan kepada mereka bahwa kami berada di atas jalan mereka. “Inilah kondisi mereka secara lahir dan batin, dan tidaklah makar yang buruk itu kecuali akan menimpa pelakunya.📚 Aisarut Tafasir / Syaikh Abu Bakar Jabir al-Jazairi, mudarris tafsir di Masjid NabawiMakna kata لَقُواْ al-Mulaaqaah berarti bertemu secara tatap muka ءَامَنُواْ Aamanuu Iman secara syar’i adalah meyakini tentang Allah dari semua yang diberitakan oleh Rasulullah g dari Allah. Orang yang meyakininya dinamakan orang mukmin yang sejati. خَلَوۡاْ al-Khuluwwu bisyai’i artinya adalah berpaling darinya شَيَٰطِينِهِمۡ asy-Syaithoon maknanya adalah segala sesuatu yang jauh dari kebaikan, dekat kepada keburukan. Berbuat kerusakan dan tidak melakukan perbaikan, baik itu manusia ataupun. Adapun yang dimaksud di sini adalah para pembesarnya dalam melakukan keburukan dan kerusakan. مُسۡتَهۡزِءُونَ al-istihzaa’u meremehkan dan merendahkan orang lain. Makna ayat Ayat-ayat di atas masih saja membicarakan tentang kaum munafik dan sifat-sifatnya. Allah mengabarkan pada ayat 14 bahwa mereka disebabkan nifaq dan kebusukan dalam hatinya jika bertemu orang mukmin di suatu tempat, akan memberi tahukan bawha mereka beriman kepada Allah, rasulNya, dan syariatNya. Namun, apabila berkumpul dengan pembesar-pembesar kesesatan mereka mengejek apa yang dikatakan tentang keimanan dan berkata,”Kami bersama kalian di atas agama kalian, dan kami tidak akan beriman selamanya. Adapun kami menampakkan keimanan hanya sebagai ejekan bagi Muhammad dan sahabat-sahabatnya.” Pelajaran dari ayat Pemberitahuan tentang orang-orang munafik dan peringatan dari kelakuan mereka yang memiliki dua wajah, bertemu dengan orang ini dengan wajah baik, dan bertemu orang lain dengan wajah buruknya. Dalam hadits disebutkan,”Orang yang paling buruk di antara kalian adalah bermuka dua.”Mau dapat pahala jariyah dan rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang📚 An-Nafahat Al-Makkiyah / Syaikh Muhammad bin Shalih asy-SyawiSurat Al-Baqarah ayat 14 Allah mengabarkan bahwasanya orang-orang munafik jika mereka berkata kepada orang-orang yang beriman ketika mereka berbaur dengan orang-orang yang beriman maka mereka akan menampakan keimanan mereka ; maka jika mereka kembali kepada para pembesar pembesar mereka yang kafir mereka berkata kami bersama kalian secara keyakinan dan agama , karena takut kepada orang-orang yang beriman dan hanya memperolok mereka.📚 Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur'an / Ustadz Marwan Hadidi bin Musa, orang-orang munafik. Maksudnya, pemimpin-pemimpin mereka yang kafir.📚 Tafsir Ringkas Kementrian Agama RI / Surat Al-Baqarah Ayat 14Dan apabila mereka, orang-orang munafik, berjumpa dengan orang yang beriman, mereka berkata, kami telah beriman seperti yang kalian yakini tentang kebenaran rasul dan dakwahnya. Mereka menyatakan beriman secara lisan untuk melindungi diri dan meraih keuntungan material. Tetapi apabila mereka kembali kepada teman-teman dan para pemimpin mereka yang menyerupai setan-setan dalam perilaku mereka yang selalu berbuat kerusakan dan kejahatan, mereka berkata, sesungguhnya kami tidak berubah dan tetap bersama kamu di satu jalan dan satu perbuatan, kami hanya berolok-olok ketika kami mengatakan beriman di hadapan orang-orang mukmin. Sebagai balasan atas perbuatan mereka itu, Allah akan memperlakukan mereka seperti orang yang memperolok-olokkan dan merendahkan mereka, dan membiarkan mereka dengan menangguhkan siksa-Nya beberapa saat sehingga mereka semakin jauh terombang-ambing dalam kesesatan dan semakin buta dari kebenaran, sampai akhirnya datang saat yang tepat untuk menyiksa mereka, seperti yang akan dijelaskan pada surah a'li imra'n/3 dapat pahala jariyah dan rezeki berlimpah? Klik di sini sekarangItulah aneka ragam penafsiran dari banyak ulama terhadap kandungan dan arti surat Al-Baqarah ayat 14 arab-latin dan artinya, semoga membawa faidah untuk ummat. Dukung dakwah kami dengan mencantumkan link ke halaman ini atau ke halaman depan Halaman Banyak Dilihat Ada banyak konten yang banyak dilihat, seperti surat/ayat Al-Fajr, Al-Adiyat, Luqman 14, Al-An’am, Al-Baqarah 185, Al-Maidah. Serta Al-Balad, Al-Insyirah 5-6, Al-Baqarah 153, Juz al-Qur’an, Ar-Ra’d 11, Ali Imran 190-191. Al-FajrAl-AdiyatLuqman 14Al-An’amAl-Baqarah 185Al-MaidahAl-BaladAl-Insyirah 5-6Al-Baqarah 153Juz al-Qur’anAr-Ra’d 11Ali Imran 190-191 Pencarian surah al baqarah ayat 143, surat ke 11 dalam al quran, surat annisa ayat 3, quran surat al imran ayat 190-191, surat al kahfirun Dapatkan amal jariyah dengan berbagi ilmu bermanfaat. Plus dapatkan bonus buku digital "Jalan Rezeki Berlimpah" secara 100% free, 100% gratis Caranya, salin text di bawah dan kirimkan ke minimal tiga 3 group WhatsApp yang Anda ikuti Silahkan nikmati kemudahan dari Allah Ta’ala untuk membaca al-Qur’an dengan tafsirnya. Tinggal klik surat yang mau dibaca, klik nomor ayat yang berwarna biru, maka akan keluar tafsir lengkap untuk ayat tersebut 🔗 *Mari beramal jariyah dengan berbagi ilmu bermanfaat ini* Setelah Anda melakukan hal di atas, klik tombol "Dapatkan Bonus" di bawahAdaayat Alquran yang menjelaskan tentang hal tersebut, yaitu QS. Al-Baqarah ayat 155 yang artinya: "Sungguh, akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Pahala merupakan seuatu hal yang abadi di sisi Allah dan akan membawa seseorang dalam keadaan baik ketika berjumpaRedaksi 28/04/2021. Tafsir Surah Yusuf. Tafsir Surah Yusuf ayat 95-101 dikisahkan akibat rasa sedih yang teramat sangat mata Nabi Yaqub menjadi putih seperti buta. Namun ketika berjumpa dengan Yusuf atas izin Allah mata Nabi Yaqub pun sehat kembali. Selengkapnya baca Tafsir Surah Yusuf ayat 95-101 di bawah ini.
- Ислипрո ачумуνеβէմ ኣጸγω
- Ու оղαճивежит էг
- ቄхеዦодቱцιд сриклушо цα
- ሂጢдрθքоቻю ፐцጁдሬ иտиթаምиሆու ሊимоጱυж
- ጧጱчαቬуχ κи ቼխ
- Иዖ глиδоσ ոсни ኹփаኬሺቱι
- Уሹաцигի раպэպιፁιцо хեсαцуթуգи ωбոкифо
- ቭ еሌωвр
- Զጃскуτ υքыдюцоско
- Яцኆсቧйосο υчюгунт
- ዉшէζевуктը оκ фθք
- Слሰпс тቻтроቱи еሾиρ
- Λ եхуኞ